Linkbisnis.co.id | Sebagai salah satu bagian dari sistem agribisnis yang menunjang ketahanan pangan nasional, sektor perbankan seperti PT Bank Mandiri (persero) Tbk (BMRI) ikut berkontribusi dalam mempermudah akses keuangan bagi para pelaku usaha, selain itu juga berkolaborasi dengan perusahaan financial technology (fintech).
Dikatakan SVP Micro Developmenr and Agent Banking PT Bank Mandiri (persero) Tbk (BMRI) Zedo Faly, saat ini perusahaan fintech sudah masuk ke dunia pangan dan peluanganya masih sangat terbuka lebar.
“Salah satu faktor dari masuknya perusahaan fintech di dunia pangan adalah masih banyaknya jumlah pendaftar UMKM yang belum dapat diurus perbankan,” ungkap Zedo Faly dalam paparan di ajang Special Event Economic Outlook Ketahanan Pangan Indonesia, di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta, pada Kamis (10/10).
Ditambahkan Zedo, UMKM yang belum terakses sektor perbankan cukup banyak terutama di daerah jauh dari perkotaan, mayoritas bekerja di sektor pangan, mulai dari pertanian, perikanan hingga peternakan. Meski sulit dijangkau namun banyak yang sudah terakses internet, sehingga fintech memiliki peranan cukup penting.
“Orang yang mau menjadi UMKM itu ada 60 juta di Indonesia, saat ini yang diakses perbankan baru 12 juta. Artinya ada 48 juta orang yang belum diakses siapa-siapa. Makanya kenapa fintech dan lain lain bisa masuk,” ungkap Zedo.
Salah satu aksi ntara Mandiri berkolaborasi dengan fintech dalam hal ketahanan pangan dapat terlihat dari kerjasama dengan CROWDE yang merupakan platform untuk menghimpun dana dari masyarakat sebagai modal kerja petani.
Dengan metode crowd-lending, CROWDE ini bergerak sebagai platform permodalan yang mengelola dana masyarakat yang disalurkan pada proyek petani. Kerjasama yang dijalin ini merupakan langkah untuk mendaftarkan masyarakat yang ingin mendaftarkan UMKM lebih luas lagi.
Dikatakan SVP Micro Developmenr and Agent Banking PT Bank Mandiri (persero) Tbk (BMRI) Zedo Faly, saat ini perusahaan fintech sudah masuk ke dunia pangan dan peluanganya masih sangat terbuka lebar.
“Salah satu faktor dari masuknya perusahaan fintech di dunia pangan adalah masih banyaknya jumlah pendaftar UMKM yang belum dapat diurus perbankan,” ungkap Zedo Faly dalam paparan di ajang Special Event Economic Outlook Ketahanan Pangan Indonesia, di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta, pada Kamis (10/10).
Ditambahkan Zedo, UMKM yang belum terakses sektor perbankan cukup banyak terutama di daerah jauh dari perkotaan, mayoritas bekerja di sektor pangan, mulai dari pertanian, perikanan hingga peternakan. Meski sulit dijangkau namun banyak yang sudah terakses internet, sehingga fintech memiliki peranan cukup penting.
“Orang yang mau menjadi UMKM itu ada 60 juta di Indonesia, saat ini yang diakses perbankan baru 12 juta. Artinya ada 48 juta orang yang belum diakses siapa-siapa. Makanya kenapa fintech dan lain lain bisa masuk,” ungkap Zedo.
Salah satu aksi ntara Mandiri berkolaborasi dengan fintech dalam hal ketahanan pangan dapat terlihat dari kerjasama dengan CROWDE yang merupakan platform untuk menghimpun dana dari masyarakat sebagai modal kerja petani.
Dengan metode crowd-lending, CROWDE ini bergerak sebagai platform permodalan yang mengelola dana masyarakat yang disalurkan pada proyek petani. Kerjasama yang dijalin ini merupakan langkah untuk mendaftarkan masyarakat yang ingin mendaftarkan UMKM lebih luas lagi.