Hal itu disampaikan oleh pihak Suku Dinas Tata Rumah, petugas dari Kelurahan dan Kecamatan Cilincing, serta kontraktor PT Tata Logam selaku pelaksana kegiatan program CSR (tanggung jawab sosial).
Koordinator Bedah Rumah Cilincing, Marta Hadi Sarwono mengatakan kekisruhan program bedah rumah disebabkan adanya sejumlah oknum penghuni warga yang menumpang dan tidak mengetahui perihal pembangunan bedah rumah.
"Sejak awal rencana pembangunan program bedah rumah ini sudah ada persetujuan hitam di atas putih mengenai desain dan apa-apa saja yang akan diterima oleh warga penerima bantuan," ujar Marta, Kamis (6/7) siang kepada awak media di Posko Pengendali Program Beda Rumah, Jalan Cilincing Lama I.
Dari persetujuan itu, disebutkan program bedah rumah mencakup dimulai dari pembongkaran bangunan lama, pengurukan tanah hingga 20 cm dari tinggi permukaan lantai awal, pembangunan konstruksi pondasi dan dinding hebel, pembangunan rangka atap baja, serta finishing pengecatan.
"Sejak awal pembangunan sudah ada persetujuan tidak ada internit, ruangan hanya 1 kamar, jendela maksimal dua, kabel listrik hanya 10 meter pada satu titik. Misalkan warga ingin listriknya lebih dari satu titik itu mereka mengurus sendiri lagi di luar kegiatan program CSR," tambah Marta.
Sementara itu, Aldo selaku perwakilan PT Tata Logam Lestari menyebutkan saat pelaksanaan program CSR Bedah Rumah yang sudah dirapatkan oleh instansi terkait disetujui pemilihan paket pembangunan tipe 'Putih'.
"Paket putih ini memang hanya diberikan struktur rumah tanpa internit/plafon dan fasilitas terbatas, kalau dari awal memang ingin yang versi lengkap kita sebenarnya ada paket cantik yang sudah siap huni tinggal masuk dan menempati saja," ujar Aldo.
Padahal kalau menggunakan paket cantik, penerima program bedah rumah dilengkapi dengan plafon terbuat dari gipsum dan ventilasi lebih memadai.
Sumber : Suara Pembaruan
